Skip to main content

Sutradara Hou Hsiao-hsien

  • Tanggal:2023-12-21
Sutradara Hou Hsiao-hsien

Hou Hsiao-hsien (侯孝賢) adalah sutradara Taiwan yang memproduksi film-film baru Taiwan. Karya-karya ternama dari Hou Hsiao-hsien diantaranya : “A City of Sadness (悲情城市)”pada tahun 1989 mendapatkan penghargaan singa emas dalam Festival Film Venesia. “The Puppetmaster (戲夢人生)” pada tahun 1993 mendapat penghargaan dewan juri dalam Festival Film Cannes. “The Assassin (刺客聶隱娘)” karya tahun 2015 yang meraih penghargaan sutradara terbaik dalam Festival Cannes. Hou Hsiao-hsien mendapatkan Penghargaan Prestasi Seumur Hidup dalam Festival Film Kuda Emas pada tahun 2020, hal ini menunjukkan statusnya tak tergoyahkan dalam industri film Taiwan. 


Hou Hsiao-hsien bertanggungjawab sebagai wakil sutradara dan editor untuk film “Growing Up (小畢的故事)” pada tahun 1983, sejak itu dia mulai fokus tren “film baru Taiwan” yang bergenre realism. Pada tahun yang sama, Hou Hsiao-hsien bekerja sama dengan sutradara Wan Jen (萬仁) dan Tseng Chuang-hsiang (曾壯祥) dalam pembuatan film “The Sandwich Man (兒子的大玩偶)” merupakan film sastra pertama yang menggunakan Bahasa Taiyu secara keseluruhan. Selanjutnya Sutradara Hou membuat “The Boys from Fengkuei (風櫃來的人)” juga menyoroti realistis alami, dengan pengambilan gambar dikembalikan kepada kehidupan nyata masyarakat. Ini menjadi tonggak penting sejak Hou Hsiao-hsien berkecimpung di dunia perfilman.   


Sutradara Hou dengan teknik “long take” yang menjadi keunikannya dalam dunia perfilman, tidak ada kelebihan kata-kata, juga tidak ada papan cerita berlebihan, membiarkan karakter secara langsung bercerita pada lensa kamera, gejolak cerita disampaikan melalui setiap gerak-gerik dari aktor.


Selain teknik pengambilan gambar yang khas, bahan tema kisahnya juga kerap kali menggunakan pengalaman hidup dari dirinya sendiri atau temannya. Karya “The Time To Live, And The Time To Die (童年往事)” yang diproduksi pada tahun 1985 dengan inti pengambilan gambar adalah pengalaman dirinya sendiri, dapat dikatakan merupakan karya biografinya. Pengaturan latar belakang, kenangan dan lainnya semua menggemakan latar belakang pertumbuhan dari dirinya.


Karya film “Dust In The Wind (戀戀風塵)” yang ditayangkan setahun setelahnya, penulisan skenario berdasarkan pengalaman hidup dari Wu Nien-jen (吳念真), yang mendeskripsikan cerita kisah cinta masa kecil sepasang kekasih dari desa hingga ke kota, dengan latar belakang plot film memperlihatkan perubahan jalinan hubungan yang diakibatkan lingkungan, oleh karena itu dianggap sebagai mematahkan citra munafik dari film nasional, merupakan sebuah film sastra cinta yang realistis. 


Bagi Sutradara Hou, “realistis” adalah situasi dari lokal Taiwan. Selain harus dapat pengambilan gambar, juga perlu membuat pemira mengerti dengan apa yang ditonton mereka. Dia beranggapan, jika bermaksud syuting tentang kehidupan orang Taiwan, sedangkan setiap lokasi memiliki konsep yang tidak sama karena setiap tempat mempunyai karakteristik sendiri.


Yang membuat Sutradara Hou berjaya di ajang internasional adalah “trilogi tragedy” —— “The City of Sadness (悲情城市)” tahun 1989, “The Puppetmaster (戲夢人生)” tahun 1993 dan “Good Men, Good Women(好男好女)” tahun 1995. “The City of Sadness” adalah karya film Taiwan yang perdana meraih penghargaan Festival Film Venesia, karena pengambilan gambar dilakukan di Jiufen, yang pada masa itu menjadikan Jinguashih sebagai salah satu tempat wisata Taiwan.


Selain film berbahasa Mandarin, Sutradara Hou juga sempat diundang ke Jepang untuk pembuatan film “Café Lumière” (珈琲時光) ke Prancis pembuatan film “Le Voyage du Ballon Rouge” (紅氣球之旅), tetapi setelah tahun 2007, Hou Hsiao-hsien tidak banyak mengeluarkan karya baru. Hingga tahun 2015 membuat film “The Assassin”, selain ia berhasil meraih 5 penghargaan sebagai “Penyunting Film Terbaik”, “Sutradara Terbaik”, “Fotografi Terbaik” dan lainnya dalam Festival Film Kuda Emas pada tahun itu, film ini juga mendapat penghargaan sebagai “Sutradara Terbaik” dalam Festival Film Cannes.


Sutradara Hou yang berkecimpung dalam dunia perfilman selama 50 tahun ini, telah banyak memengaruhi estetika film. Selama beberapa tahun terakhir ini dia juga berupaya untuk melakukan pekerjaan, sejak tahun 2007 untuk “mencari bakat baru” Hou Hsiao-hsien selama 4 periode berturut-turut menjadi ketua Festival Film Taipei. Pada tahun 2009, ia berlanjut menjabat sebagai ketua komite pelaksana Festival Film Kuda Emas, berupaya untuk membangun ajang kompetisi yang adil untuk film berbahasa Mandarin. Pada tahun yang sama juga memelopori Akademi Perfilman Kuda Emas dengan dia sendiri sebagai kepala akademi ini, setiap tahun merekrut sutradara muda untuk berpartisipasi dalam loka karya jangka pendek, mempromosikan pertukaran film dari berbagai tempat.


Bagi Sutradara Hou, film memerlukan pembinaan dan pelatihan sejak dari kecil, dia sendiri sejak kecil telah melihat banyak film dan novel, termasuk novel silat, novel romantis dan lainnya. Sejak saat itu, Hou Hsiao-hsien mulai mengakar. Dia sangat menyukai metode yang digunakan Prancis dalam mempromosikan film, dimulai dari menyaksikan gambar murni dari film bisu, karena gambar dan kata-kata sama-sama memerlukan ruang imajinasi untuk berkembang.