Skip to main content

Museum HAM Nasional – Taman Peringatan Teror Putih Pulau Hijau

  • Tanggal:2023-09-04
Museum HAM Nasional – Taman Peringatan Teror Putih Pulau Hijau

Taman Peringatan Teror Putih Pulau Hijau (Green Island White Terror Memorial Park) yang berada di Desa Gongguan, Pulau Hijau, Kabupaten Taitung ini adalah lembaga pemasyarakatan tahanan politik selama masa teror putih di Taiwan. Setelah demokratisasi baru dilestarikan dan difungsikan sebagai ruang pameran, berafiliasi dengan Museum Hak Asasi Manusia Nasional Kementerian Kebudayaan. Taman yang terletak di samping rumah tahanan Pulau Hijau dulu sempat menjadi tempat yang menahan banyak korban politik ternama. 


Pada tahun 1951, Badan Keamanan Markas Kepolisian Provinsi Taiwan membentuk “Kantor Pelatihan Siswa Baru” di Pulau Hijau yang difungsikan untuk mengawasi, mengubah pemikiran tahanan yang memiliki masalah politik atau ideologi. Setelah insiden yang terjadi di rumah tahanan Taiyuan pada tanggal 8 Februari 1970, pihak berwenang membangun lembaga pembinaan pemasyarakatan Pulau Hijau Kementerian Pertahanan di sisi barat bekas kantor pelatihan siswa baru di Pulau Hijau yang dijuluki dengan nama “Oasis Villa (Lu Dao Shanzhuang)”. Pada tahun 1972, semua tahanan politik di rumah tahanan Taiyuan dan rumah tahanan militer dari berbagai lokasi dipindahkan dan ditahan di lembaga pemasyarakatan Pulau Hijau.


Setelah pencabutan darurat militer pada tahun 1987, Pulau Hijau sudah tidak lagi menjadi tempat tahanan politik. Di tahun 1997 terdapat 16 anggota legislator mengusung permintaan Oasis Villa diubah menjadi museum bersejarah atau monumen peringatan yang disampaikan kepada Yuan Eksekutif. Pada 29 Maret 1999, Yuan Eksekutif menetapkan rancangan Oasis Villa diubah menjadi museum bersejarah atau monumen peringatan. Bertepatan dengan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang jatuh pada 10 Desember 1999, pada masa pemerintahan Presiden Lee Teng-hui, Beliau sendiri menghadiri dan menyaksikan Monumen HAM yang selesai dibangun sekaligus melambangkan gerakan keadilan transisional di Taiwan. Bagian luar dari Villa Oasis yang tak jauh dengan ruang monumen, pada tembok batu terukir catatan nama-nama korban politik di masa teror putih, menjadi permintaan maaf dan penghormatan sebesar-besarnya atas pengorbanan dari seluruh pejuang demokrasi dan HAM. Pada bulan November 2000, kepengurusan Oasis Villa dari Kementerian Kehakiman dialihkan kepada Kementerian Direktorat Pariwisata Kementerian Perhubungan dan Yuan Eksekutif menetapkan perubahan nama menjadi “Taman Peringatan HAM Pulau Hijau” pada tanggal 23 Februari 2001.


Tanggal 10 Desember 2002, Taman Peringatan HAM Pulau Hijau resmi beroperasi. Kepengurusan Taman Peringatan HAM dari Kantor Pengelolaan Kawasan Pemandangan Alam Nasional Pantai Timur di bawah Ditjen Pariwisata Kementerian Perhubungan dipindahtangankan ke Komite Konstruksi Budaya Yuan Eksekutif. Kemudian nama berubah menjadi “Taman Budaya Pulau Hijau” di tahun 2007, samahalnya Taman Budaya Jing-mei (Jing-mei White Terror Memorial Park) mengalami perubahan nama tiga kali dan menjadi “Taman Budaya HAM Pulau Hijau” pada bulan Juni 2009.


Kementerian Kebudayaan mendirikan Kantor Persiapan Museum HAM Nasional pada tahun 2011 yang menuangi dua taman budaya yakni Taman Budaya Jing-mei dan Taman Budaya HAM Pulau Hijau, aktif melakukan penelitian dan survei terkait terror putih, pameran serta promosi pendidikan HAM. Pada 27 Januari 2014, berdasarkan “UU Pelestarian Aset Budaya” diumumkan bahwa tercatat sebagai aset lanskap budaya. Pada 15 Maret 2018 secara resmi mendirikan “Museum HAM Nasional”, nama dari kedua taman budaya masing-masing menjadi “Taman Peringatan Teror Putih Jingmei” dan “Taman Peringatan Teror Putih Pulau Hijau”. Upacara peresmian museum nasional “Taman Peringatan Teror Putih Pulau Hijau” berlangsung pada 17 Mei 2018.


Sejak tahun 2019, Museum HAM Nasional menggelar “Festival Seni HAM Pulau Hijau (Green Island Human Rights Art Festival”” di Taman Peringatan Teror Putih Pulau Hijau. Melalui perencanaan dari tim kuratorial, mengorganisir tim penasihat akademik, menggelar pembelajaran bersama, loka karya, survei lapangan, kunjungan ke pendahulu dan keturunan mereka untuk mengembangkan dan berkreasi bersama dengan orang-orang yang relevan. Menghadapi medan dan sejarah teror putih yang kompleks, misi kuratorial dan kreativitas seni kontemporer bukan menceritakan kebenaran atau menciptakan sejarah, melainkan melalui perspektif, media dan pendekatan kreatif dari seniman yang mengamati topik sejarah, pemahaman dan penemuan, dengan transformasi kreativitas dan interpretasi yang menyajikan esensi dan konteks Festival Seni HAM, juga memperluas pandangan penonton terhadap seni dan pentingnya isu HAM.