Skip to main content

“Three Tears In Borneo” Masuk Nominasi Festival Drama Terbesar Eropa, Berharap Dengan Karya Seni Mengenal Taiwan

 “Three Tears In Borneo” Masuk Nominasi Festival Drama Terbesar Eropa

Serial drama Taiwan yang berjudul “Three Tears In Borneo (聽海湧)” masuk nominasi festival film drama terbesar di Eropa untuk kategori penghargaan International Panorama, penayangan film drama pertama mendapat sambutan hangat. Sutradara Sun Chieh-heng (孫介珩) mengatakan, sejarah Taiwan dan pengakuan identitas diri tengah dibangun, selain mengharapkan agar karya ini dapat membuat dunia memahami Taiwan, juga menekankan nilai universal sisi kemanusiaan.


Festival film drama terbesar di Eropa baru-baru ini digelar di Kota Lille, Prancis. Serial drama terbaru “Three Tears In Borneo (聽海湧)” yang ditayangkan Taiwan Public Television Service (PTS ) menjadi satu-satunya film Asia yang masuk nominasi dalam festival Series Mania untuk kategori penghargaan Internasional Panorama, merupakan kebanggaan karena untuk pertama kali film drama Taiwan berhasil mendapat penghargaan ini.


Serial drama ini yang menggambarkan kisah pada masa Perang Dunia II, mengenai seorang penjaga tahanan perang yang berkewarganegaraan Taiwan dikirim ke Kalimantan Utara untuk membantu tentara Jepang mengawasi tahanan perang Australia.


Melalui penelitian dan survei lapangan yang padat dan rinci selama 4 tahun, serial drama “Three Tears In Borneo (聽海湧)” selain menampilkan lembaran sejarah Taiwan yang terlupakan, juga untuk pertama kalinya berkesempatan mempromosikan air mata darah penjaga tahanan Taiwan ke ranah internasional. Pada malam pemutaran film perdana dunia berlangsung tanggal 18 Maret 2024, dihadiri lebih dari 200 pemirsa yang memadati dan mendapat tepuk tangan meriah usai penayangan film drama ini.


Sutradara sekaligus produser film Sun Chieh-heng (孫介珩) menyampaikan, ia tidak berani menyebut bahwa drama ini memberikan jawaban kepada masyarakat Taiwan, akan tetapi setidaknya membuat orang-orang memahami sejarah Taiwan yang kompleks. Terbentuknya komunitas Taiwan yang beragam, jika disederhanakan malah akan membawa konflik, oleh karena itu dengan “mengenal kompleksitas baru dapat membuat kita bersikap toleran dan semakin memahami”.